Minggu, 09 Desember 2012

Pelabuhan Tanjung Emas Semarang



Sejak jaman kerajan Mataram, Pelabuhan Semarang merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang yang datang dari berbagai daerah. Semarang waktu itu merupakan kota kecil yang dibangun menghadap ke Laut Jawa sekitar Benteng Belanda. Kali Semarang pernah menjadi satu-satunya urat nadi perdagangan yang mengangkut barang-barang dengan perahu kecil dari kota ke kapal-kapal besar yang berlabuh jauh dilepas pantai dan sebaliknya.
Dilihat dari Menara Suar yang tertulis angka 1874 dapat menunjukan bahwa Pelabuhan Semarang dibangun pada permulaan abad ke XIX. Kota Semarang terus berkembang dari waktu ke waktu sehingga lahan untuk mendirikan gudang di sepanjang Kali Semarang menjadi masalah yang serius disamping Kali Semarang sendiri tidak bisa mempertahankan kedalamannya akibat adanya endapan lumpur. Untuk memenuhi tuntutan perkembangan kota, maka dibuatlah perencanaan pelabuhan pada tahun 1886 untuk membangun pelabuhan dalam dan pelabuhan coaster.
Setelah pembangunan itu, perdagangan di Pelabuhan Semarang meningkat pesat. Dalam hal bongkar muat barang pada tahun 1925 pernah menduduki peringkat ke III setelah Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak.
Melihat Pelabuhan Semarang semakin ramai maka oleh Pemerintah Belanda dibangun jalur kereta api yang menghubungkan pelabuhan dengan daerah-daerah lainnya. Komodit utama yang diangkut degan kereta api di Jawa Tengah adalah minyak, semen dan pupuk. Namun selepas tahun 1925, tidak ada lagi perluasan yang berarti, hanya pembangunan secara kecil-kecil saja sifatnya. Meskipun belum ada ekspansi besar-besaran, potensi kearah perkembangan tetap besar.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, dengan seiring meningkatnya kegiatan operasional pelabuhan Tanjung Emas, maka diperlukan penambahan fasilitas, sehingga pada tahun 1963 dibangun Pelabuhan Coaster atau Pelabuhan Nusantara yang dapat menampung kapal-kapal yang berukuran + 2.000 DWT. Sedangkan kapal-kapal yang berukuran lebih besar, masih harus berlabuh dan melakukan aktivitas bongkar muat di Rede yang jaraknya + 3 mil dari pelabuhan dengan memakai tongkang.
Seiring kemajuan pelabuhan dibangunlah beberapa fasilitas pendukung. Proyek pembangunan tahap I telah selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Nopember 1985 serta diberi nama Pelabuhan Tanjung Emas. Pelabuhan Tanjung Emas telah menyelesaikan pembangunan tahap II antara lain berupa pembangunan Dermaga Peti Kemas sepanjang 345 m dengan fasilitas alat bongkar muat container berupa 4 unit Gantry Crane dan 8 unit RTG. Proyek tahap II diarahkan sebagai salah satu pelabuhan container di Indonesia sebagai perwujudan partisipasi dalam milenium ketiga dan globalisasi, difokuskan pada pengembangan fasilitas dan penyediaan peralatan bongkar muat untuk container. Untuk mewujudkan multi moda transportasi yang terpadu telah dioperasikan Dry Port Solo-Jebres secara penuh.

Mengantisipasi Banjir Rob

Banjir akibat limpahan air pasang dari laut atau rob kembali melanda jalan-jalan utama di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Sekitar bulan Juni pagi sekitar pukul 06.00.
Semakin siang, tinggi genangan air makin bertambah. Ketinggian air rob yang merendam jalan sekitar 20 hingga 30 sentimeter.

Lagi, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Terendam Rob
Banjir menyebabkan kondisi pelabuhan terganggu, karena hanya truk truk besar yang bisa melintasi kawasan pelabuhan. Sejumlah karyawan,maupun calon penumpang kapal laut yang akan masuk ke pelabuhan juga terganggu.
Karena terhadang banjir para karyawan yang bekerja di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas terlambat masuk bekerja. Demikian juga calon penumpang  terlambat masuk ke terminal penumpang. Genangan air  juga menyebabkan sejumlah kendaraan bermotor baik roda dua maupun mobil mogok di tengah genangan banjir rob.

Antisipas Rob, Bangun Volder

Target 2013 Pelabuhan Tanjung Emas bebas dari banjir pasang air laut atau rob benar benar akan direalisasikan.Beberapa pekerjaan yang tengah dipersiapkan dan dilakukan antara lain dengan membuat polder atau tanggul penahan air laut di sepanjang Pelabuhan Tanjung Emas. "Tanggul setinggi 1,5 meter ini akan dibuat keliling sepanjang Pelabuhan Tanjung Emas," jelas GM Pelindo III Cabang Semarang, Tri Suhardi di pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Menurutnya tanggul permanen tersebut dibangun untuk mencegah naiknya air laut ke daratan, panjang keseluruhan sekitar 4 Km. Selain pembuatan tanggul di bibir dermaga, pihaknya juga menyiapkan kolam retensi lengkap dengan pompanya.

Kolam tersebut kata Tri, akan difungsikan  jika air laut pasang dan meluber ke jalan meskipun sudah dibuat tanggul. "Jadi genangan air di daratan akan di pompa di masukkan ke kolam retensi dan selanjutnya dialirkan ke laut," lanjutnya.
Proyek antisipasi banjir pasang air laut ini menelan anggaran senilai Rp. 80 miliar.

"Kami mengedepankan layanan internasional karena itu meski rob ini tetap akan terjadi kami tetap mengantisipasi," ujarnya. Hanya saja polder yang dibuat ini diprediksi untuk 20 tahun kedepan, selanjutnya kata Tri pengembangan akan dilakukan lagi menyesuaikan dengan kondisi dan perkembangan pelabuhan.

 

Selama ini untuk menyiasati kontainer terendam air laut saat pasang pada tempat tempat tertentu yang kerap menjadi langganan rob, pihak pengelola Terminal Peti Kemas Semarang memasang batu beton untuk alas kontainer.

Menurutnya hal ini dilakukan semata untuk kenyamanan dan kepuasan pemilik jasa. "Untuk layanan ini kami lakukan secara cuma cuma khusus untuk kawasan yang paling parah genangannya," tambah Sumarzen Marzuki, GM TPKS